Oleh
INDAH SEVIANITA
Dongeng klasik ini, adalah salah satu favorit saya karena menggambarkan kekuatan seorang perempuan.
Berbeda dengan karakter Rapunzel yang pasif dan menunggu diselamatkan untuk mendapatkan kebebasan, Belle adalah sosok perempuan yang mampu menemukan kebebasan saat dia menjadi tawanan. Ia adalah perempuan cerdas yang tak pernah kehilangan kemampuannya untuk berbuat kebaikan di saat tersulit hidupnya sehingga Kehidupan mengembalikannya dalam bentuk kebahagian sederhana
Ketika promosi re-make film ini sangat gencar bertebaran  tahun 2016, saya menyambutnya dengan sukacita. Terutama karena Gaston diperankan oleh Luke Evans 😅.
Sayangnya, mendekati penayangan perdananya di bioskop, film ini diracuni isu ‘gay moment’ Â pada beberapa adegan.
Baiklah, ini adalah ulasan saya mengenai film Beauty and The Beast 2017.
Tak ada perbedaan yang mencolok  dengan film kartunnya tahun 1991. Semua lagu dinyanyikan ulang namun bagi saya pribadi, saya lebih menyukai versi 2017. Kekuatan dari syair lagu-lagunya lebih terasa pada Beauty & The Beast 2017. Mungkin karena saya lebih dewasa saat ini dibandingkan dahulu saat menonton versi kartunnya.
Karakter Belle lebih kuat pada versi kartunnya dibandingkan yang kini diperankan Emma Watson. Justru karakter Lefou, Gaston, dan The Beast saya nilai sangat bagus.
Oke, langsung ke isu ‘gay moment’ –Â selanjutnya saya singkat saja menjadi ‘GM’
Ada 3 adegan yang diisukan menampakkan kesan GM.
1. Saat Lefou memberikan pijatan di bahu dan telinga Gaston kemudian berpelukan saat menari. Kemudian pada akhir tarian, Lefou saling bertatapan dengan Gaston.
2. Gaston memegang dagu Lefou saat mereka melakukan percakapan.
3. Saat Lefou menari dengan salah seorang pria pada akhir film.
Saya akan membawa pemikiran Anda tentang adegan-adegan tersebut dengan sudut pandang yang berbeda.
Dongeng ini berlatar belakang di suatu desa kecil di Perancis pada abad ke-17. Pada abad tersebut, biasanya para bangsawan dan orang-orang kaya, memiliki banyak pelayan. Dari sekian banyak pembantu, ada 1 orang pelayan kepercayaan.
Gaston  digambarkan sebagai sosok laki-laki tampan, berbadan atletis, pahlawan perang, dan sangat dipuja-puja banyak perempuan. Dia adalah gambaran sempurna seorang suami idaman masa itu. Namun, ia juga sosok yang sangat narsistik, egois, licik, dan kurang bisa mengendalikan kemarahan.
Lefou, di sisi lain, adalah salah seorang pemuja Gaston. Ia digambarkan bertubuh tambun, pendek, dan kurang percaya diri. Ia menjadi tangan kanan Gaston untuk meniru Gaston; agar mendapatkan penghormatan dari orang-orang di sekitarnya.
Pada adegan GM pertama, Lefou menempatkan dirinya sebagai pelayan dari Gaston yang akan melakukan apapun agar mendapatkan kepercayaan tuannya. Lalu saat mereka ‘berpelukan’ pada akhir tarian, itu bukanlah jenis pelukan romansa seperti yang banyak digambarkan. Bagi saya tidak ada yang harus diributkan pada adegan ini. Â Anda hanya perlu berpikiran luas dan memahaminya secara kontekstual karena semua orang dalam adegan ini sedang menari bersama-sama.
Pada adegan yang kedua, latar belakang adegan ini adalah Gaston sedang mengancam Lefou untuk tidak membeberkan kebenaran di depan banyak orang. Alih-alih memegang rahang seperti kebanyakan seorang pengancam untuk menunjukkan kekuasaan dan kekuatan, Gaston menekan dagu Lefou dengan tatapan mata tajam dan intonasi suara terpatah-patah. Bagi saya ini bukanlah adegan GM. Gaston melakukannya untuk mengintimidasi dan menekan Lefou agar berbohong.
Adegan ketiga membuat saya tertawa, dan hanya berlangsung 1-2 detik. Ada adegan pendahuluan untuk ini. Saya tidak akan membocorkannya di sini, karena bisa jadi Anda tidak akan tertawa saat menontonnya. Tapi bagi saya, tidak ada unsur GM di bagian ini.
Jadi….
Itulah pandangan saya mengenai film Beauty and The Beast. Â Bagi saya film ini dikategorikan Bimbingan Orangtua dan bisa ditonton oleh anak-anak.
Saya malah berpikir, orang-orang yang membuat ulasan awal tentang GM pada film ini, adalah orang-orang yang tidak bisa menikmati keindahan dan kekuatan ceritanya.
Saya telah menonton versi kartunnya berkali-kali, dan saya masih menangis saat menonton versi 2017-nya. It was so beautifull and magical.
Ada banyak pelajaran hidup, pengenalan karakter dan kekuatan kebaikan yang dapat didiskusikan bersama anak ketimbang mencari-cari keburukan film ini.
Apa pendapat Arel yang saya ajak nonton tadi? Dia malah mematung berkali-kali karena ketakutan pada sosok Beast. Karena pada awal pemunculan Beast, iringan musiknya jadi bernuansa horor dan berlatar belakang kegelapan  😂.
Apalagi yang Anda tungggu? Pergilah sekarang untuk menontonnya.
🤗