Setelah Frozen dengan nuansa Norwegia, dan Moana yang khas Hawai, kali ini Disney menampilkan warna-warni Meksiko dalam film keluarga terbarunya; Coco.
Film Coco bercerita tentang seorang anak bermana Miguel (baca: Migel), yang mencintai musik. Namun ia tidak bisa menunjukkan minat dan bakatnya ini karena hidup keluarganya sangat membenci musik secara turun temurun.
Pada Hari Perayaan Orang Mati (Dìa de Muertos), Miguel mencuri sebuah gitar dari kuburan Ernesto; seorang seniman tersohor. Ketika Miguel memetik dawainya, ia masuk ke Dunia Orang Mati, dan dimulailah petualangannya untuk kembali ke kehidupan nyata.
Beberapa orang menganggap film Coco akan mirip dengan film Book of Life, karena bercerita tentang anak yang memperjuangkan bakat musiknya.
But, No. BIG NO.
Meskipun awal ceritanya mirip yaitu keinginan Miguel untuk bermusik namun ditentang oleh keluarganya, Coco bercerita tentang ikatan kasih keluarga, tradisi, dan pengorbanan.
Kita akan dibawa masuk menjelajahi budaya Meksiko. Cara mereka mengenang keluarga yang telah tiada dan ritual perayaaan Hari Orang Mati. Sudut pandang mereka tentang kematian; digambarkan idengan indah.
Awalnya, film ini akan berjalan dengan alur lambat dan kita seolah-olah tahu jalan ceritanya.
“Paling habis gitu ke sini terus jadinya begitu. The end. Happily ever after.”
Sekali lagi, Anda salah. 😂. Awalnya saya juga berpikiran begitu, dan sepertinya memang itu yang diinginkan sutradara film ini.
Begitu Anda pikir cerita ini akan mencapai anti-klimaks,justru di titik itulah tanjakan klimaks ceritanya baru dimulai. Keseruan, keharuan, dan inti ceritanya akan bergerak cepat setelahnya.
Kita akan dibuat melongo, tercekat, mengernyitkan dahi, dan menahan haru di menit-menit terahir. Anda akan merasakan cinta tulus dalam keluarga, adalah salah satu penggerak terbesar dalam kehidupan.
Film ini dihiasi dengan banyak lagu-lagu Mariachi dalam berbagai tempo.
Ada satu lagu yang membuat saya menangis (😅 cengeng). Judulnya “Remember Me”. Lagu ini dibawakan dengan 2 versi.
Versi pertama dengan iringan musik bertempo cepat.
Versi kedua diiringi gitar akustik bertempo lambat. Inilah yang membuat saya menangis, karena diceritakan awal lagu ini tercipta dan pada siapa lagu itu ditujukan. Itulah yang membuat lagu itu begitu istimewa.
Ada banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari film ini.
Bagi saya, ini beberapa di antaranya.
1. Kemarahan dan kebencian bisa ditularkan dan diturunkan pada anak-anak. Itu akan menjadi tali kekang untuk mereka. Memotong sayap-sayap kecil mereka agar mereka tidak pernah benar-benar lepas dari kita. Jadi, sebagai orangtua, ajarkan tentang mengasihi dan mengampuni, bukan kebencian dan kemarahan.
2. Sebagai orangtua, adakalanya kita harus menundukkan ego kita. Seringkali, dengan dalih ‘demi kebahagiaan anak’, dan atas dasar ‘sudah lebih banyak makan asam garam dunia’, kita berlaku seperti Bos Besar yang mengatur-atur hidup anak tanpa mau tahu dan perduli pada keinginan mereka. Mari kita belajar memberi mereka kebebasan memilih dan mendukung pilihan mereka.
3. Tradisi dalam keluarga bisa membuat ikatan kasih yang sangat kuat dalam kehidupan sebuah keluarga. Buatlah sesuatu yang sederhana, seperti makan martabak telur setiap akhir pekan bersama dengan keluarga. Itu akan menjadi kenangan yang indah dan akan membawa setiap anggota keluarga rindu untuk pulang saat berjauhan.
4. Seringkali sesuatu yang kita anggap benar bukanlah kebenaran yang sesungguhnya. Kita perlu belajar lebih sering untuk melihat kesalahan atau sesuatu dari sisi yang berbeda untuk melihat gambaran besarnya.
Nah, itu ulasan dari saya tentang film Coco. Anda sudah menontonnya?