Indonesia Main Sains : Surabaya

oleh
Indah Sevianita

Apa yang ada dalam benak kita saat mendengar kata Fisika, atau Kimia?

Untuk saya, kedua kata ini selalu berkaitan dengan serangkaian rumus matematika yang rumit dan susah dipahami.

Itu hasil hubungan saya dengan Kimia dan Fisika yang tidak pernah mulus waktu SMA. Nilai tertinggi di rapor cuma 6 sisanya kebakaran he he. Saya memang tidak berjodoh dengan mereka. 😆

Naaah….anehnya, semenjak punya anak, saya jadi tertarik belajar kimia dan fisika. Bukan untuk sekolah lagi, melainkan untuk membuatkan Arel mainan.

Ha?! Nggak salah, Mbak?

Beneran. 🤓

Main gunung meletus menggunakan cuka dan baking soda. Apaan coba? Reaksi kimia.

Bikin mainan kapal yang bias digerak-gerakkan dengan magnet, sampai saya harus beberapa kali beli magnet yang berbeda hanya demi mengukur kekuatan magnetnya, itu apa? Belajar fisika.

kuali nenek sihir

Kalau mau contoh lebih banyak lagi, coba deh cek di instagram negerinower.

Tujuannya apa sih saya cerita begini?

Ini sebenarnya curahan hati terpendam saya sejak sekolah. Mumpung ada alasan pendukung, kali ini saya mau cerita di sini.

Jaman saya sekolah dulu, ada dua kelompok besar pembagian jenis mata pelajaran.

Kelompok Mata Pelajaran Tingkat Dewa yang keren, dan

Kelompok Mata Pelajaran Rakyat Jelata yang ecek-ecek macam remahan rengginang.

Mata pelajaran yang termasuk golongan tingkat Dewa adalah Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi atau biasa disebut eksak. Jaman sekarang namanya Sains.

Sejarah, Bahasa, Ekonomi, Sosiologi, dan pelajaran sosial lainnya dimasukkan ke dalam Kelompok Rakyat Jelata.

Dikotomi ini berlangsung selama beberapa decade kehidupan saya (banyak orangtua) mengakibatkan sebuah persepsi, eksak adalah jenis pelajaran yang berkelas, susah diraih, dan hanya anak-anak pintar saja yang diberi anugerah bisa memahaminya. Eksak harus dipelajari dengan tekun, kalau perlu pakai kacamata biar kelihatan mirip professor. Tidak ada sisi menyenangkan dari pelajaran ini karena seringkali dianggap susah.

Di sudut yang berbeda, pelajaran sosial dianggap remeh dan tidak perlu dipelajari. Semua orang pasti bisa.

Social_Sciences_and_Humanities_wordle

Ketika saya akhirnya menjadi seorang Ibu, saya menemukan persepsi ini salah besar. Sejatinya, kedua jenis pelajaran ini saling melengkapi. Sains bisa dipelajari dengan sederhana, dan menyenangkan. Bahkan tidak perlu menunggu masuk sekolah, Sains bisa diperkenalkan pada anak-anak, sama seperti mengajak anak bermain ke rumah tetangga sebelah. Semudah itu.

Tujuan ini yang hendak dicapai oleh Bapak Muzi Marpaung dalam kegiatan Indonesia Main Sains. Acara ini ingin mengajak anak-anak, para guru, serta orangtua bahwa berpikir ilmiah seharusnya menjadi bagian hidup kita sehari-hari. Bukan semata-mata untuk memperoleh nilai 9 di kertas ujian atau mencetak semua anak menjadi ilmuwan melainkan membantu pola pikir generasi muda menjadi optimis dan penuh rasa ingin tahu.

Setelah sukses diadakan di beberapa kota, saya berkesempatan hadir dalam acara Indonesia Main Sains di Surabaya pada tanggal 26 Maret yang lalu.

Indonesia Main Sains (13)
Foto : Seduluran HS

Kegiatan ini diadakan oleh Komunitas Homeschool di Surabaya yaitu Seduluran Homeschooling Surabaya bersama Rumah Sains Ilma.

Pesertanya adalah para guru, orangtua, dan anak-anak di usia sekolah dasar, dan komunitas anak jalanan.

Indonesia Main Sains (2)
foto : Seduluran HS

Acaranya diadakan di Rumah Pintar Juanda. Tempatnya menyenangkan. Ada area bermain yang luas, dan ruangan untuk bermain di dalam. Diikuti sekitar 100 anak, juga para guru dan orangtua.

Ada 10 percobaan sains yang disiapkan oleh tim Bapak Muzi. Anda tahu, semua bahannya sangat murah dan mudah ditemukan di dalam rumah.

Indonesia Main Sains (9)
Foto: Seduluran HS
  1. Tak Bisa Adil adalah percobaan pertama yang sederhana. Anak-anak diminta menarik kertas kecil agar bisa menjadi 3 bagian. Tak ada yang berhasil; termasuk saya saat mencobanya.
  2. Pesan Rahasia. Haa…ini jenis permainan kesukaan Arel. Anak-anak diminta menulis kata dengan lilin di selembar kertas putih, kemudian menaburkan serbuk arang ke atas kertas tadi. Taraaa….tulisannya terbaca.
  3. Kata siapa baling-baling harus terbuat dari bahan keras? Di percobaan Baling-baling Kertas, anak-anak bisa membuat baling-baling sederhana dari selembar kertas kecil.
  4. Mainan Gaya Sentrifugal. Tenang…meskipun namanya antik begitu, mainan ini sebenarnya adalah salah satu mainan tradisional yang dulu sering dibuat anak-anak menggunakan lidi, karet dan penghapus pensil. Waktu saya memainkannya saya terkekeh sendiri. Langsung ingat masa kecil yang tidak pernah sukses memainkannya.
    Untitled
    Foto: Instagram @IndonesiaMainSains
  5. Ulat Menggeliat dibuat dari kertas pembungkus sedotan yang ditetesi air. Anak-anak tertawa geli saat melihat kertas keriput yang kusut bisa menggeliat macam ulat berjalan.
  6. Roket Tiup adalah permainan dari sedotan dan gulungan kertas. Saya pernah membuatnya seperti ini. 20160613_160150-1
  7. Angkat Bola bisa dijadikan permainan sederhan untuk melatih motorik oral anak lho. Lagi-lagi bahannya hanya dari sedotan.
  8. Terjun Bebas merupakan percobaan yang membuat anak-anak penasaran dan gemas. Mereka diminta meletakkan kancing di atas selembar karton. Karton itu kemudian diletakkan di atas sebuah gelas. Anak-anak diminta ‘menyentil’ kartonnya agar kancingnya bisa masuk ke dalam gelas. Tantangan berikutnya beberapa anak diminta memasukkan kancing ini ke dalam botol dengan cara yang sama.
  9. Percobaan Bunga Kertas pernah saya lakukan di rumah bersama Arel. Percobaan ini untuk melihat kecepatan penyerapan air pada beberapa jenis kertas. Semakin besar pori-pori kertasnya, bunganya akan lebih cepat mekar. 1485241727970
  10. Gelas Tertawa adalah percobaan terakhir dan menjadi favorit saya. Saya baru tahu ada cara mudah membuat pengeras suara dari gelas. Hanya membutuhkan benang, gelas plastik yang dilubangi bagian bawahnya, dan sebatang pendek lidi.
Indonesia Main Sains (7)
Foto: Seduluran HS

Semua anak bersuka cita hari itu (saya juga tentunya). Apalagi ada banyak hadiah kejutan untuk para peserta yang bisa menjawab pertanyaan dari Bapak Muzi, dan semua peserta membawa pulang buku gratis dari Rumah Sains Ilma berisi 52 kegiatan percobaan sederhana yang bisa dilakukan di rumah.

Buku Indonesia Main Sains

Semoga acara ini bisa diadakan rutin setiap tahun di Surabaya.

Seandainya diadakan lagi, saya inginnya acara ini diadakan metode per kelompok. Jadi, 5-7 orang anak ditemani 1-2 orang guru/pendamping.

Alasannya agar ada interaksi antara anak-anak dengan guru/orangtua saat melakukan percobaan ini. Ada kesempatan untuk diskusi antar peserta dalam kelompok seusai melakukan percobaan ini; sehingga mereka bisa membawa kenangan singkat saat berkegiatan ini dan menerapkannya di rumah atau di sekolah.

Atau…

Sebagai orangtua yang menemani anak-anak saat itu, saya (atau orangtua lain) bisa siap dengan respon anak-anak saat melakukan percobaan.

Ya…karena seringkali para Mama (macam saya nih) setelah melakukan percobaan begini, diberondong pertanyaan dari professor kecil yang kita ajak main.

“Kok bisa gitu?” diucapkan 25 kali sampai Mama/Papanya nggak bisa jawab (pengalaman pribadi) 😂.

Sekian dulu cerita saya tentang mata pelajaran Sains.

Jika Anda ingin melihat liputan SBO TV di acara ini, Anda bisa klik tautan di bawah ini.

||VIDEO Liputan Indonesia Main Sains di Surabaya 1||

||VIDEO Liputan Indonesia Main Sains di Surabaya 2||

***

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s