KU LARI KE PANTAI: SEBUAH CATATAN CINTA

Oleh
Indah Sevianita

Ketika tahu Miles Film sedang membuat film keluarga yang berlokasi di Situbondo, dan Banyuwangi, saya langsung memasukkannya ke dalam daftar Film Wajib Tonton. Kenapa? Karena Arel beberapa kali main ke kota ini. Selain itu, Opa Arel sekarang tinggal di Situbondo, dan saya sempat tinggal di Banyuwangi. Jadi film ini punya hubungan romantis tidak langsung dengan saya. (ha ha apaan coba 😆).

Film Kulari ke Pantai adalah sebuah film yang berkisah perjalanan wisata Mama Uci dan anaknya; Sam, ditambah Happy, sepupu Sam.

Perjalanan wisata ini bertujuan untuk menemui Kailani Johnson, seorang peselancar idola Sam yang sedang berada di G-Land (Pantai Plengkung), Banyuwangi. Mereka melakukan perjalanan dengan mobil dan melakukan perhentian di beberapa tempat wisata terkenal di Jawa.

Film ini memiliki banyak sekali pesan berharga penuh cinta dan disampaikan dengan sederhana dan menyenangkan.

kulari ke pantai postes

Sam adalah gambaran anak Indonesia yang sederhana, mencintai alam, mengenali lingkungannya dan bangga menjadi dirinya sendiri. Tumbuh dan dibesarkan di Rote, Nusa Tenggara Timur, membuat logat berbahasanya sangat khas, dan dia tidak berusaha mengubah itu meskipun ia bisa berbahasa Inggris. Dia berbahasa Inggris dengan para tamu luar negeri yang mengunjungi perkebunan keluarganya, dan kembali berbahasa Indonesia dengan logat indahnya dengan keluarga, teman-teman dan masyarakat di sekitar rumahnya.

Happy, di sisi lain, adalah gambaran anak metropolis kekinian. Mahir menggunakan bahasa Inggris, dan menggunakannya dalam setiap percakapan. Ia lebih fasih berbahasa Inggris dibandingkan bahasa ibunya sendiri; Bahasa Indonesia. Di usianya yang masih sangat belia, ia sangat memperdulikan jumlah ‘like’ pada media sosialnya. Nyaris tidak bisa lepas dari gawai di tangannya, dan berpikir perlu memberi tahu banyak orang melalui media sosialnya tentang segala sesuatu yang sedang terjadi pada dirinya.

Kedua tokoh cilik dan bertolak belakang ini adalah gambaran anak – anak kita saat ini. Pada titik tertentu sebagai orangtua, saya pernah larut dalam kebanggaan saat Arel lebih memahami kata-kata bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia. Menepuk dada dalam angan saat ada seseorang yang memuji, “waaah pintar ya…masih kecil sudah bisa Bahasa Inggris.” Lambat laun saya menyadari, perilaku saya yang demikian adalah salah satu penyebab banyaknya kata berimbuhan –isasi karena kita enggan mencari padanan bahasa Indonesianya. Jika diteruskan, Bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai bahasa gaul tanpa makna. (Saya sudah bertobat sekarang 😇)

Dua tokoh lain yang sangat menawan hati adalah Mukhidi dan Dani.

Mukhidi adalah pemilik penginapan Bamboe Homestay di Temanggung. Beliau menganggap penginapannya adalah tempat paling tepat untuk meneduhkan pikiran karena tenang, dan nyaman. Baru saja beliau berkata demikian, tak sampai lima detik pernyataannya itu gugur bunga saat ia memanggil anaknya dengan berteriak, “YAUU….WAHYAAAAUUUU….”. Sontak saya terbahak. Arel sampai tersedak jagung berondong saat adegan ini.

mukhidi

Peran ini diperankan sangat apik dan pas sekali oleh @dodit_mul. Perannya sebagai seorang pemilik penginapan yang agak tuli sehingga selalu berteriak membuat film terasa segar dan ceria. Rasa percaya dirinya yang tinggi bisa mengimbangi cara berpikirnya yang unik. Masa mengantarkan minuman selamat datang pada larut malam? Padahal tamunya datang siang hari. Daripada tidak, katanya. Ngaku deh, kita selalu punya kawan yang unik bin ajaib seperti Mukhidi begini. Antik, bikin kesal dan gemas bersamaan tapi kok ya tetap disayang. Justru orang-orang seperti Mukhidi inilah yang membuat hidup kita penuh tawa, dan harus dilestarikan (mungkin saya termasuk di dalamnya 🤔😅).

Tokoh satu lagi adalah Dani. Diperankan oleh @suku_dani, bule asli yang lama tinggal di Papua. Saya jatuh cinta pada tokoh ini. Tokoh ini adalah kebalikan tokoh Happy; anak Indonesia yang kebarat-baratan. Dani adalah orang luar Indonesia yang justru mencintai Bahasa Indonesia beserta logat khas daerahnya. Secara langsung tokoh ini menyindir kita telak. Kenapa kita yang orang Indonesia tidak mencintai Bahasa Indonesia seperti orang luar yang tinggal di Indonesia? Malu nggak sih.

suku dani

Ciri khas tokoh Dani, selain logat Papuanya saat berbahasa Indonesia, adalah dongeng yang ia sisipkan saat bercakap-cakap. Aduh…saya terharu sekali mendengarkan kisah-kisah yang ia ceritakan. Ingatkah kita, bahwa inilah cara nenek moyang kita berkisah pada anak cucu mereka dahulu? Dengan pantun, sajak atau gurindam sebagai bagian percakapan mereka sehari-hari. Sekarang? Jangankan sajak atau pantun, bicara dengan tatanan bahasa yang benar saja mendapat kernyitan alis. Lebay, katanya.

Jadi untuk para pembaca artikel ini yang berbahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan logat asli daerah (medok kata orang Jawa), tengadahkan kepalamu. Itu salah satu ciri kebhinekaan kita. Banggalah.

Selain tokoh-tokoh cerita yang menarik dan unik, film Kulari ke Pantai menyuguhkan banyak pemandangan pulau Jawa dan Nusa Tenggara Timur dengan sangat indah. Saya suka gagasan yang dihadirkan film ini; menjelajah Indonesia melalui perjalanan darat.

Sebenarnya bisa saja Sam dan Mama Uci pergi ke Banyuwangi naik pesawat. Lebih cepat dan hemat tenaga. Tapi ada banyak keindahan yang terlewatkan.

Film ini mengajak kita untuk sesekali hidup lebih lambat dan menikmati saat kebersamaan dengan keluarga. Sam hanya memotret sesekali saat singgah di salah satu tempat. Ia dan Ibunya lebih memilih untuk melekatkan diri dengan proses perjalanan mereka yang naik turun. Ban mobil kempis, makan di warung sate ala disko, menginap di penginapan sederhana, atau bertemu dengan masyarakat sekitar. Beda sekali dengan kebanyakan kita yang sibuk mengambil foto saat berwisata tanpa benar-benar terlibat di dalamnya. Hanya mencari tempat foto terbaik tapi tidak benar-benar tahu tempat yang kita datangi. Nah, lain kali saat berlibur dengan keluarga, ambil foto atau video seperlunya saja.

Ada banyak tempat indah ternyata ya di sepanjang pantai pulau Jawa. Juga wisata kulinernya. Jadi ingin mencoba makanan-makanan khas daerah di film ini.

Pantai Situbondo
Main ke Pantai dekat rumah Opa di Situbondo

Beberapa di antaranya sudah pernah didatangi Arel. Begitu Arel dengar kata ‘Situbondo’, tegaklah punggungnya. Apalagi saat ada adegan melewati Paiton, Baluran, dan Patung Penari Gandrung di Watu Dodol- Banyuwangi. Hebohlah dia tunjuk-tunjuk layar. Hapal dia kalau kami beberapa kali ke sana 😁.

Pantai Watu Dodol - Banyuwangi
Pantai Watu Dodol- Banyuwangi

Arel juga langsung menagih janji Ayah untuk pergi ke Bromo, minta ke Jogja dan Pacitan karena terpesona dengan pantai yang ditampilkan pada film ini. Ya ampun…ini masih beberapa tempat wisata di Pulau Jawa yang ditampilkan, sudah minta ke sana. Apalagi kalau saya ajak nonton Laskar Pelangi, bisa sampai ke Belitung, Arel minta pergi 😎.

Baiklah…agar saya tidak terlalu banyak membocorkan keindahan film ini, bagi yang belum nonton, segera lari ke bioskop dan nonton filmnya. Masih banyak tokoh, dan cerita yang tidak bisa saya bagi di sini. Tonton saja langsung lebih baik.

Bagi saya film yang bagus adalah film yang menyenangkan, juga memberikan pesan bagi penontonnya. Filmnya memiliki keduanya.

Nanti kalau sudah nonton filmnya, jangan kaget, kalau si kecil mendadak bicara dengan logat Papua, Jawa atau keminggris seperti Happy. Juga elus dada saja kalau si kecil bawa-bawa guling macam itu papan selancar dan menirukan gaya Pengejar Ombak di film ini. Arel langsung melakukannya di rumah setelah nonton Kulari ke Pantai 😅.

Terima kasih untuk Mira Lesmana dan Riri Riza atas kerja kerasnya menghadirkan film anak yang bermutu tinggi untuk kami para orangtua. Terima kasih sudah menasihati kami dengan cara yang sederhana dan menyenangkan. Memberi gagasan yang menarik tentang liburan keluarga.

Film ini bukan sekedar tontonan melainkan catatan cinta untuk kita semua. Catatan cinta tentang keluarga & Indonesia.

Selamat menonton. Mari berpetualang.

 

***

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s