Siapa yang di rumah nggak berani nonton film seram? Saya angkat tangan separuh tinggi. Ha..ha…Kok Cuma separuh? Ya…karena film seram itu banyak jenisnya. Khusus untuk film seram semacam Beranak Dalam Kubur, langsung saya coret dari daftar. Sayangnya film seram dari Indonesia banyak yang mengangkat cerita seram saja, dengan ‘hantu-hantu’ menakutkan, dan jeritan-jeritan yang tiada henti. Karena itu saya nyaris tak pernah menonton film seram dari Indonesia.
Beda dengan film seram dari luar negeri. Jenisnya banyak. Mulai dari yang seramnya biasa, sedang sampai yang bikin teriak-teriak kencang. Ada romantis, lucu, sci-fi dan juga tersedia untuk anak-anak. Nah yang terakhir inilah yang membuat saya berani mengajak Arel menontonnya.
Tidak semua anak bisa diajak film seram ya. Artikel ini saya tulis bukan sebagai saran untuk mengajak anak-anak menonton film seram. Melainkan untuk memilih film anak bernuansa seram yang bisa disesuaikan dengan anak-anak. Tentu menontonnya harus didampingi orangtua.
Saya selalu menemani Arel menonton film bernuansa seram, lalu membicarakan tentang isi filmnya saat usai menonton.
Jadi sebelum mengajak anak menonton film seram, amati dulu kesiapannya. Tiap anak punya penggambaran yang berbeda tentang rasa takut atau menyeramkan. Bisa saja dalam film anak seperti The Good Dinosaur, si kecil jadi ketakutan saat melihat adegan Arlo diterjang banjir bandang.
Karena Arel cukup sering saya ajak nonton film anak-anak, jadi saya cukup tahu ia mampu bahkan bisa memilih untuk menonton film seram. (Ia malah menolak mentah-mentah diajak nonton film keluarga berjenis drama karena dia tahu dia sangat mudah menangis melihat adegan menyedihkan. Baginya lebih baik tegang menonton film horor daripada menangis)
Di bawah ini adalah beberapa film anak seram yang menjadi favorit kami.
CORALINE
Film ini diangkat dari novel fantasi seram untuk anak karangan Neil Gaiman pada tahun 2002. Film ini dirilis tahun 2009; merupakan film seram anak pertama yang saya tonton. Saya langsung jatuh cinta pada ceritanya. Sayangnya sampai sekarang saya belum menemukan novelnya dalam bahasa Indonesia.
Film ini berkisah tentang Coraline, gadis kecil yang baru pindah ke rumah baru. Karena kedua orangtuanya sibuk bekerja, Coraline akhirnya menjelajah lingkungan sekitar rumahnya seorang diri. Ia bertemu dengan seorang anak laki-laki bernama Wybie dan seekor Kucing Hitam. Wybie memberinya sebuah boneka yang sangat mirip dirinya. Berambut biru dan mengenakan mantel berwarna kuning.
Coraline kemudian menemukan Dunia Lain di balik pintu kecil yang ada di ruang tengah rumahnya. Dunia Lain ini dihuni oleh orang-orang yang mirip Ayah Ibunya, Wybie dan para tetangganya; hanya saja mereka semua memiliki mata dari kancing. Dunia Lain ini hanya bisa dimasukinya saat malam hari.
Coraline segera saja lebih menyukai Dunia Lain ini. Ibu bermata kancing yang selalu memasak makanan enak-enak. Ayah yang lucu dan membuatkannya taman bunga indah, dan para tetangga yang memberinya pertunjukkan yang menarik. Oh, Coraline sungguh ingin bermain di Dunia Lain sepanjang waktu.
Maka Ibu bermata kancingnya memberinya tawaran. Coraline bisa terus berada di Dunia Lain jika ia mau mengganti matanya dengan kancing. Agar ia sama seperti semua orang di Dunia Lain.
Coraline menjadi takut dan menolak tawaran itu. Tapi terlambat. Ia terjebak di Dunia Lain dan menyadari bahwa Ibu bermata Kancingnya adalah monster laba-laba, Beldam. Coraline kemudian berjuang untuk kembali ke kehidupan nyata, membebaskan kedua orangtuanya dari Beldam, juga 3 jiwa anak-anak yang pernah ditawan oleh Beldam sebelum dirinya.
Film ini juga film seram pertama Arel. Ia bersembunyi di balik punggung saya saat pertama kali menontonnya. Bukan karena ceritanya, tapi karena musik latar filmnya. Sepanjang filmnya, dia cukup tegang tapi tak mau mengalihkan pandangan dari layar. Saat filmnya usai, Arel menyeringai dan bertanya, apakah dia bisa menontonnya ulang.
Mendapat banyak penghargaan, film ini layak untuk dijadikan salah satu film seram anak favorit keluarga.
HOTEL TRANSYLVANIA
Coraline mungkin terlalu berat untuk permulaan ya. Jadi Anda bisa memulainya dengan film ‘tidak terlalu’ seram yang satu ini.
Hotel Transylvania merupakan film komedi seram untuk keluarga. Meskipun tokoh-tokohnya diambil dari banyak sekali tokoh cerita horror klasik, pada film ini, kita akan melihat lucunya tokoh-tokoh ini menjadi ‘tua’ dan ‘kuno’di peradaban milenial.
Berkisah tentang Mavis, seorang putri dari Count Dracula, yang akan merayakan ulang tahunnya ke 118. Ia ingin melihat ke dunia luar, karena sepanjang hidupnya, ia berada di Hotel bersama Ayahnya.
Hotel ini terdapat di Transylvania. Jauh dari peradaban manusia, tersembunyi di balik hutan yang lebat dan mengerikan. Khusus dibangun oleh Count Drac untuk Mavis setelah ibu Mavis meninggal akibat segerombolan manusia yang membakar rumah mereka saat Mavis masih bayi.
Masih menyimpan trauma akibat kematian istrinya, Count Drac membangun sebuah desa tiruan yang diisi para zombie menyamar agar Mavis mengurungkan niatnya pergi dari Hotel.
Tak disangka, Hotel itu ditemukan oleh seorang pemuda bernama Johnny, dan Mavis jatuh cinta pada Johnny. Count Drac panik. Ia meminta bantuan pada teman-temannya; Frankenstein, Mumi, Manusia Serigala, dan Pria Kasat Mata untuk menyembunyikan jati diri Johnny yang sebenarnya dari Mavis. Juga, menjauhkan Quasimodo- koki Hotel- yang ingin memasak Johnny.
Kelucuan demi kelucuan pun terjadi sepanjang film. Cara Count Drac yang ketinggalan jaman untuk bersenang-senang melawan cara Johnny yang kekinian.
Hotel Transylvania 2 juga tak kalah seru dan lucu. Kali ini kisahnya tentang Count Drac yang melatih cucunya untuk menjadi seorang vampire junior. Usaha Count Drac melatih Dennis seringkali gagal dan menjadi kekacauan yang membuatnya tampak sebagai kakek lucu yang terlalu sayang pada cucunya.
MONSTER HOUSE
Mau tahu film seram yang romantis? Ini salah satunya.
Monster House berkisah tentang DJ, Chowder, dan Jenny yang penasaran pada rumah seram di kompleks perumahan mereka. Pemilik rumah ini seorang laki-laki tua bernama Tuan Nebbercracker, selalu mengusir orang-orang yang berkunjung ke rumahnya; terutama anak-anak. Saat mereka menyaksikan rumah itu menelan 2 orang polisi, mereka meneguhkan niat untuk masuk ke dalam rumah untuk membebaskan kedua polisi ittu.
Mereka yakin, bahwa rumah ini memiliki jiwa. Semua bagian rumah menjadi mirip dengan manusia. Pintu adalah mulut, 2 jendela di lantai 2 adalah matanya. Mereka kemudian menyusun rencana untuk membuat rumah itu tertidur sehingga mereka bisa menjelajah isi rumah.
Akhirnya mereka tahu bahwa rumah itu adalah perwujudan roh Constance the giantess- istri dari Tuan Nebbercracker; yang terjatuh dan meninggal tertutup semen saat rumah itu sedang dibangun oleh Tuan Nebbercracker. Rohnya terikat pada rumah, karena rasa cinta Tuan Nebbercracker yang pada mendiang istrinya.
DJ berkata pada Tuan Nebbercracker, ia harus menerima dan merelakan istrinya telah meninggal. Hanya itu satu-satunya cara agar roh-nya pergi ke Surga, dan Tuan Nebbercracker bisa melanjutkan hidupnya.
Film ini membuat saya terharu. Cerita yang awalnya seram pada film ini, menjadi sarat makna kehidupan. Seringkali rasa kehilangan pada orang yang kita cintai, memerangkap kita dalam sebuah ‘rumah reyot dan seram’ justru menjauhkan kita dari orang lain dalam kehidupan. Kita harus berjuang untuk merelakan agar kehilangan itu menjadi kenangan yang tak akan lengkang oleh jaman.
A SERIES OF UNFORTUNATE EVENTS
Satu lagi film seram yang diangkat dari buku anak. Saya belum berkesempatan memiliki bukunya. Untuk filmya, saya beri 5 bintang. Ini adalah film yang sangat bagus mulai dari alur cerita, penokohan para pemain filmnya, juga pesan moral. Bagi anak-anak yang suka cerita detektif, film ini akan memberi mereka inspirasi.
Berkisah tentang tiga bersaudara Baudelaire, yaitu Violet, Klaus, dan Sunny. Violet berusia 14 th, Klaus 12 th, sedangkan Sunny masih bayi. Setelah kematian orangtuanya dalam kebakaran rumah, ketiganya diasuh oleh Count Olaf. Ternyata Count Olaf adalah orang yang licik dan berniat untuk mencuri warisan orangtua anak-anak Baudelaire. Ia merancang sejumlah peristiwa yang menjebak ketiganya dalam bahaya.
Di saat-saat yang genting dan tampak tak ada jalan keluar, ketiga bersaudara ini mengeluarkan kelihaian mereka. Violet adalah seorang penemu dan kreatif yan bisa menggunakan benda-benda di sekitar mereka sebagai alat bantu kehidupan, tameng bahkan senjata.
Klaus adalah seorang pengingat yang handal. Ia telah membaca ratusan buku di perpustakaan mendiang ayahnya, dan dapat mengingat semua bacaannya untuk digunakannya dalam menganalisa. Sunny pun memiliki kekuatan gigi yang luar biasa. Ia suka menggigit dan tak punya rasa takut. Ketiganya bersatu untuk keluar dari serangkaian peristiwa yang tak menguntungkan sambil menyelidiki kematian orangtua mereka yang mendadak.
Mungkin bagi orang dewasa, film ini tidak terlalu seram dan mudah dipahami. Ketika saya mengajak Arel menonton film ini, saya memberitahunya, bahwa situasi seram tidak selalu berarti berdiri sendiri dalam kegelapan di malam hari. Atau saat ia membayangkan monster di bawah tempat tidurnya. Seringkali situasi yang menakutkan justru terjadi dalam kejadian sehari-hari yang tampak biasa. Kehilangan mainan kesayangannya, bertengkar dengan temannya di sekolah, atau saat diajak ke dokter gigi. Tapi jika ia mau belajar dari Klaus yang rajin membaca, Sunny yang kecil tapi pemberani, juga Violet yang selalu yakin ada jalan keluar dan memanfaatkan benda-benda sederhana, sebenarnya kita semua punya semua senjata yang kita perlukan untuk keluar dari rangkaian peristiwa yang tidak menyenangkan.
Baru-baru ini, Netflix mengeluarkan film serinya. Jika filmnya dibuat berdasarkan rangkuman cerita dari 3 buku, pada film serinya, kita bisa menikmati kisahnya lebih perlahan.
COCO
Akhirnya, ada film Disney juga.
Mungkin, bagi beberapa orangtua, film ini termasuk film anak yang menyenangkan. Tapi….Arel awalnya sangat menolak gagasan saya untuk menonton film ini di bioskop. Yup! Karena sebagian besar tokohnya adalah tengkorak.
Lalu saya mengajaknya membaca buku tentang Mexico, yang memiliki budaya untuk memperingati kematian orang-orang terdekat. Nah, dalam film ini, Miguel, tanpa sengaja bertemu dengan keluarganya yang sudah meninggal. Untuk membedakannya dengan orang-orang yang masih hidup, maka orang-orang yang sudah meninggal itu digambarkannya seperti tengkorak.
Saya sudah menulis film Coco di artikel terpisah. Anda bisa membacanya lebih lengkap pada artikel “Ulasan Fim: COCO”.
Film Coco adalah salah satu film yang bisa dijadikan bahan diskusi dengan anak tentang peringatan kematian di beberapa suku di Indonesia. Ngaben, di Bali. Wara, di desa kelahiran Kakek Arel, Kalimantan Tengah, atau Tahlilan di Jawa. Ada banyak bentuk upacara yang dilakukan manusia untuk mengingat kematian. Pada film Coco kita mempelajarinya dari kebudayaan Mexico. Dengan demikian, kita bisa sedikit menurunkan gambaran seram tentang kematian yang mungkin dibayangkan anak-anak.
Nah, itu adalah 5 film anak yang seram pilihan saya & Arel untuk ditonton akhir bulan Oktober ini.
Anda juga bisa membaca rangkaian kegiatan bertema seram yang pernah saya tulis di artikel “ KEGIATAN BERTEMA SPOOKY” .
Apakah kalian punya film seram favorit yang berbeda?
***